Banyak
faal metabolik yang dilakukan oleh jaringan hati, maka ada banyak pula, lebih
dari 100, jenis test yang mengukur reaksi faal hati. Semuanya, disebut sebagai
"tes faal hati". Sebenarnya hanya beberapa yang- benar-benar mengukur
faal hati. Diantara berbagai tes tersebut tidak ada tes tunggal yang efektif
mengukur faal hati secara keseluruhan. Beberapa tes terlalu peka sehingga tidak
khas, sebagian lagi dipengaruhi pula oleh faktor-faktor di luar hati, sebagian
lagi sudah obsolete. Sebaliknya makin banyak tes yang diminta maka makin besar
pula kemungkinannya mendapatkan defisiensi biokimia. Cara pemeriksaan shotgun
semacam itu akan menimbulkan kebingungan. Sebaiknya memilih beberapa tes saja.
Beberapa
kriteria yang dapat dipakai adalah, antara lain, dapatnya dikerjakan tes
tersebut secara baik dengan sarana yang memadai, segi kepraktisan, biaya,
stress yang dibebankan kepada penderita, kemampuan diagnostik dari tes
tersebut, dan lain-lain. Pada pengujian kerusakan hati, gangguan biokimia yang
terlihat adalah peningkatan permeabilitas dinding sel, berkurangnya kapasitas
sintesa, terganggunya faal ekskresi, berkurangnya kapasitas penyimpanan,
terganggunya faal detoksifikasi peningkatan reaksi mesenkimal dan imunologi
yang abnormal.
Dengan
melihat gangguan faal biokimia mana yang ingin diketahui dan mempertimbangkan
kriteria di atas maka testes yang ada dapat dikelompokkan menurut suatu program
bertahap.
I. Integeritas Sel
Enzim-enzim AST, ALT & GLDH akan meningkat
bila terjadi kerusakan sel hati. Biasanya peningkatan ALT lebih tinggi dari
pada AST pada kerusakan hati yang akut, mengingat ALT merupakan enzim yang
hanya terdapat dalam sitoplasma sel hati (unilokuler). Sebaliknya AST yang
terdapat baik dalam sitoplasma maupun mitochondria (bilokuler) akan meningkat
lebih tinggi daripada ALT pada kerusakan hati yang lebihdalam dari sitoplasma
sel. Keadaan ini ditemukan pada kerusakan sel hati yang menahun. Adanya
perbedaan peningkatan enzim AST dan ALT pada penyakit hati ini mendorong para
peneliti untuk menyelidiki ratio AST & ALT ini. De Ritiset al mendapatkan
ratio AST/ALT =0,7 sebagaibatas penyakit hati akut dan kronis. Ratio lni yang
terkenal dengan narna ratio De Ritis memberikan hasil <> 0,7 pada
penyakit hati kronis. Batas 0,7 ini dipakai apabila pemeriksaan
enzim-enzim
tersebut dilakukan secara optimized, sedangkan apabila pemeriksaan dilakukan
dengan cara kolorimetrik batas ini adalah 1. Istilah "optimized" yang
dipakai perkumpulan ahli kimia di Jerman ini mengandung arti bahwa cara pemeriksaan
ini telah distandardisasi secara optimum baik substrat, koenzim maupun
lingkungannya. Enzim GLDH bersifat unikoluker dan terletak di dalam
mitochondria. Enzim ini peka dan karena itu baik untuk deteksi dini dari
kerusakan sel hati terutama yang disebabkan oleh alkohol, selain itu juga
berguna untuk diagnosa banding ikterus. Perlu diketahui bahwa cortison dan
sulfonil urea pada dosis terapi dapat menurunkan kadar GLDH. Pemeriksaan enzim
LDH total akan lebih bermakna apabila dapat dilakukan pemeriksaan isoenzimnya
yaitu LDH. Dalam hubungannya dengan metabolisme besi, sel hati rnembentuk
transferin sebagai pengangkut Fe dan juga menyimpannya dalam bentuk feritin dan
hemosiderin.
Cu
terdapat di dalam enzim seruloplasmin yang dibentuk oleh hati. Kelebihan Cu
akan segera diekskeresi oleh hati. Perubahan kadar Fe dan / atau Cu pada
beberapa penyakit hati.
II. Faal Metabolisme/Ekskresi
Tes
BSP (bromsulfonftalein), suatu zat warna, merupakan tes yang peka terhadap
adanya kerusakan hati. Diukur retensinya di dalam darah beberapa waktu setelah
disuntikkan intravena.
Di
dalam darah ia diikat oleh albumin dan di "uptake" olehsel-sel hati,
dikonyugasi dan diekskresi melalui empedu. Pada penyuntikan 5 mg/kg berat badan
maka setelah 45 menit retensinya kurang dari 5% pada keadaan normal.
Korelasinya
baik dengan kelainan histopatologik. Tes ini berguna pada hepatitis anikterus,
mengetahui kerusakan setelah sembuh dari hepatitis, sirosis hati, semua tingkat
hepatitis kronik, tersangka perlemakan hati dan keracunan hati. Namun tes ini
kurang disenangi karena dapat timbul efek samping, walaupun jarang, yang fatal
seperti renjatan anafilaktis.
Akhir-akhir
ini makin banyak dikerjakan pemeriksaan kadar asam empedu dalam darah. Tes ini
mempunyai makna seperti tes retensi BSP dan juga amat peka terutama kadarnya 2
jam
setelah
makan.
Kadar
amonia mengukur faal detoksifikasi hati yang merubahnya menjadi ureum. Faal ini
baru terganggu pada kerusakan hati berat karena itu tes ini baru berguna untuk
mengikuti perkembangan sirosis hati yang tidak terkompensir atau koma
hepatikum. Kadarnya juga akan meningkat bila ada shunt portokaval yang
mem"by-pass" hati.
Tes
toleransi galaktosa menguji kemampuan faal hati mengubah galaktosa menjadi
glukosa. Tes ini sudah jarang dilakukan.
III. Faal Ekskresi
Pemeriksaan
kadar bilirubin serum terutama panting untuk membedakan jenis-jenis ikterus.
Pemeriksaan ini yang umumnya memakai metodik Jendrassik dan Grof (1938) dapat
di
pengaruhi
oleh kerja fisik dan makanan tertentu seperti karoten, oleh karena itu
pengambilan sampel sebaiknya pagi hari sesudah puasa. Pada ikterus prahepatik
yang dapat disebabkan oleh proses hemolisis ataupun kelainan metabolisme
seperti sindroma Dubin-Johnson, ditemukan peningkatan dari bilirubin bebas.
Ikterus hepatik sebagai akibat kerusakan sel hati akan meningkatkan baik
bilirubin babas maupun bilirubin (diglukuronida) dalam darah serta ditemukannya
bilirubin (diglukuronida) didalam urin. Sedangkan ikterus obstruktif, baik
intra maupun ekstra hepatik, akan meningkatkan terutama bilirubin diglukuronida
di dalam darah dan urin. Kadar urobilinogen dalam urin akan meningkat pada
ikterus hepatik, sebaliknya ia akan menurun atau tidak ada sama sekali pada
ikterus obstruktif sesuai dengan derajat obstruksinya.
Seperti
telah disinggung sebelumnya pemeriksaan asam empedu makin banyak dipakai
sebagai tes faal hati. Pemeriksaan ini dimungkinkan untuk dipakai di dalam
klinik sejak ditemukannya metodik onzimatik yang relatif sederhana dibandingkan
metodik-metodik sebelumnya. Dalam keadaan normal hanya sebagian kecil saja asam
empedu terdapat di dalam darah sedangkan sebagian besar di uptake oleh sel
hati. Pada kerusakan sel hati, hati gagal mengambil asam empedu, sehingga
jumlahnya meningkat dalam darah. Pemeriksaan ini seperti pemeriksaan BSP dapat
mendeteksi kelainan hati yang ri ngan disamping untuk follow up dan menguji
adanya shunt port caval.
IV. Faal Sintesa
Albumin
disintesa oleh hati. Pada gangguan faal hati kadarnya di dalam darah akan
menurun. Cara pemeriksaan yang banyak dipakai sekarang adalah cara
bromcresylgreen. Selain dengan cara di atas, penurunan kadar albumin juga dapat
diukur secara elektroforesa dengan peralatan khusus yang lebih mahal. Selain
dengan pemeriksaan albumin, pemeriksaan enzim cholinesterase(ChE) juga dipakai
sebagai tolok ukur dari faal sintesa hati. Penurunan aktivitas ChE ternyata
lebih spesifik dari pemeriksaan albumin, karena aktivitas ChE kurang
dipengaruhi faktor-faktor di luar hati dibandingkan dengan pemeriksaan kadar
albumin.
Penetapan
masa protrombin plasma berguna untuk menguji sintesa faktor-faktor pembekuan
II, VII, IX dan X. Semua pemeriksaan tersebut lebih berguna untuk menilai atau
membuat prognosa dari pada mendeteksi penyakit hati kronis.
V. Proses Reaktif
Baik
enzim GGT, AP, 5-NT maupun. LAP akan meningkat pada kelainan saluran empedu
Enzim-enzim cholestasis ini juga akan meningkat dalam kadar yang lebih rendah
pada kerusakan sel parenkin hati. Pemeriksaan GGT pada saat ini merupakan
pemeriksaan yang paling populer dari ketiga pemeriksaan lainnya. Peningkatan
aktivitas enzim ini sering merupakan tanda pertama keracunan sel hati akibat
alkohol. Disamping itu mengingat half-life nya yang panjang peningkatan enzim
ini sering merupakan abnormalitas terakhir yang dijumpai pada proses penyembuhan
kerusakan hati.
VI. Imunologi
Pemeriksaan
TTT (tes turbiditas timol) merupakan salah satu tes labilitas yang telah lama
dikenal (sejak 1944). Mekanisme fisika—kimia dari tes ini belum jelas.
Diketahui globulin akan mempermudah pembentukan presipitasi, sedangkan albumin
menghambat proses ini. Disamping itu trigliserida dan khilomikron dapat
menyebabkan tes TTT positip. Peningkatan dari TTT kadang-kadang ditemukan
sebelum terjadi kelainan pada hasil pemeriksaan elektroforesa dan albumin. Tes
labilitas yang lain adalah tes turbiditas zink sulfat (Kunkel), Takata Ara, dan
lain-lain. Sebenarnya tes-tes labilitas ini bukan berdasarkan reaksi antigen
antibodi, tetapi menggambarkan fraksi-fraksi protein.
Peningkatan
dari globulin yang merupakan respon imunitas ini biasanya baru ditemukan pada
kerusakan hati yang kronis. Pada penyakit hati kronik biasanya ditemukan
peningkatan IgG. Peningkatan IgM menyolok pada hepatitis type A, sedangkan
untuk hepatitis type B yang menyolok biasanya IgG.
Pemeriksaan
AFP pada mulanya disangka adalah spesifik untuk karsinoma hati primer
(hepatoma), namun ternyata selain selain oleh sel tumor hati, AFP juga
adakalanya dibentuk oleh sel tumor pada saluran pencernaan. Denaan cara
radioimmunoassay atau enzyme immunoassay kadarnya hanya 20 mg/ml dalam darah
orang normal. Masih belum diketahui dengan jelas mekanisme peningkatannya pada
sel-sel tumor diatas. Bila kadarnya melebihi 3000 ng/ml hampir dapat dipastikan
diagnosa hepatoma. Kadar yang kurang dari itu dapat juga dijumpai pada sirosis
hati, hepatitis, kehamilan trimester ketiga, teratoma, dll. Pemeriksaan AFP ini
terutama dipakai untuk memonitor terapi bedah ataupun khemoterapi karsinoma
hati.
Telah
diketahui beberapa "seromarker" virus hepatitis A dan B. Untuk virus
hepatitis A dikenl HA Ag dan anti-HA. Untuk virus hepatits B dikenal HBsAg,
HBcAg, HBeAg, anti-HBc dan
anti-HBe.
Pertanda serologik ini bermakna untuk menentukan etiologi, mekanisme penularan,
daya tular, tahap penyakit hepatitis dan penyakit hati lainnya yang berkaitan
serta prognosanya.
PENGGUNAAN DALAM KLINIK
Di
klink pemeriksaan "faal" hati diperlukan untuk diagnosa adanya dan jenis
penyakit hati, diagnosa banding (ikterus, hepatomegali, asites, perdarahan
saluran pencernaan), menilai
beratnya
penyakit, menilai prognosa dan mengikuti hasil pengobatan. Juga diperlukan
untuk penilaian prabedah serta pada keracunan obat-obatan.
Sebagai
pedoman umum dapat dilakukan menurut beberapa prinsip praktis seperti pemilihan
tes haruslah menggambarkan berbagai macam tolok ukur dari faal-faal hati, tes
faal hati dilakukan secara serial untuk menilai perkembangan penyakit dan juga
semua tes tersebut harus ditafsirkan di dalam keseluruhan konteks klinik. Juga
harus dipahami bahwa tiap tes laboratorium dapat saja tidak bebas dari
kesalahan.
Pengertian
menyeluruh diartikan mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorik sampai pemeriksaan khusus. Pentingnya anamnesa misalnya pada
diagnosa druginduced hepatitis.
Dengan
makin banyaknya pemakaian biopsi jarum, endoskopi, ultrasonografi, scanning,
arteriografi dan lain-lain untuk diagnosis tepat peranan diagnostik dari
tes-tes faal hati sekarang
ini
sudah banyak berkurang. Walaupun demikian tes-tes ini masih berguna untuk
menyaring adanya penyakit hepatobilier, mengetahui beratnya dan mengikuti
kemajuannya.
Sebagai
pemeriksaan penyaring : pemeriksaan 3 macam enzim, yaitu ALT untuk kerusakan
sel hati, GGT untuk kolestasis dan cholinesterase untuk faal sintesa hati.
Pemilihan
macam tes faal hati apa saja yang diperlukan untuk setiap keadaan dan jenis
penyakit hepatobilier ini masih belum ada kesepakatan, Bermacam-macam algoritme
yang diusulkan dan penggunaan komputer telah dilakukan pula. Untuk itu terlebih
dahulu perlu dibakukan klasifikasi penyakit, metode pemeriksaan laboratorium
dan diagnostik lainnya kemudian diterapkan untuk mendapatkan data asupan.
TES
FAAL HATI II
Yaitu
pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui fungsi kerja / kelainan pada hati
yang mungkin di sebabkan oleh multifaktor.
Secara
umum ada 2 macam gangguan faal hati.
Peradangan
umum atau peradangan khusus di hati yang menimbulkan kerusakan jaringan atau
sel hati.
Adanya
sumbatan saluran empedu.
Indikasi
tes faal hati
Kelainan
hati oleh penyakit lain
DD/
Ikterus
DD/
Hepatomegali
Gambaran
& prognosa penyakit hati
“Follow
up” pengobatan
MACAM-MACAM TESFAAL HATI
1. Tes
Fungsi Parenkim
Pemeriksaan
laboratorium :
Bilirubin
: bilirubin serum (kuantitatif)
Diperiksa
secara fotometer dari serum/plasma darah
- Bil.
I g Rx. tdk langsung (alb. diikat alkohol)
- Bil.
II g Rx. langsung g direk
- Bil.
Total g serum + alkohol g Bil. I + Bil. II
Yang
diperiksa : Bilirubin Total & Bil. II
sedangkan
Bilirubin I = Bilirubin Total – Bil. II
Urobilinogen
- Urin
-
Feses g sterkobilinogen [ cara : WATSON
Dimana
:
a.
Urobilinogen urin
N = ±
1 – 4 mg/24 jam urin
b.
Urobilinogen feses
N = 40
– 280 mg/24 jam g 30 – 200 mg%
2. Tes
Sintesa Protein
Sintesa
: Parenkim hati
-).
>> albumin
-).
Glob (a, b, g) g Res . lain
-).
Fibrinogen + F. pembekuan
3.
Metabolisme Lemak
Yaitu
digunakan untuk pemeriksaan Kolesterol total dan kolesterol ester
Hati
memetabolisme lemak dengan cara :
Mensintesa
Esterifikasi
(diikat dengan as. Lemak)
Ekskresi
(ke dalam empedu)
Kolesterol
bebas disintesa di hati dan di luar hati
Kolesterol
ester
Penyakit
parenkim hati berat :
-
kolesterol total menurun
-
kolesterol ester Sangat menurun
Iktrus
Obstruksi :
- ke
empedu
karena
kolesterol total meningkat sampai 500 mg/dl (N= 220 mg/dl)
Kolesterol
Darah total = kolest. Bebas + kolest. Ester
Kolest.
Total : N : 125-220 mg/dl
Kolest.
Ester : N : 70-75 % dari kolest. total
4.
Perubahan Aktivitas Enzim
Digunakan
untuk pemeriksaan aktifitas enzim secara fotometer dari sampel serum
Enzim
yg menilai integritas sel hati
-).
SGOT (ASAT), SGPT (ALAT), LDH (LDH5) = enzim sitoplasma
-).
SGOT, GLDH = enzim mitokondria
Enzim
menilai kolestasis
-).
ALP, gGT, 5 – NT, LAP à tu. Di sekitar kanalikuli biliaris
-).
Cholinesterase: tdk khas untuk hati
-).
Pseudo cholinesterase : khas hati
Fungsi Tes Faal Hati
hati
dalam tubuh mempunyai multifungsi, sehingga tes faal hati pun beraneka ragam
sesuai dengan apa yang hendak kita nilai.
Untuk
menilai fungsi sintesis (protein, zat pembekuan darah dan lemak) biasanya
dilakukan pemeriksaan albumin, masa protrombin, dan kolesterol.
Untuk
menilai fungsi ekskresi/transportasi menggunakan pemeriksaan bilirubin, alkali
fosfatase, γ-GT
Untuk
mengetahui kerusakan sel hati/jaringan hati, memakai pemeriksaan SGOT (AST),
SGPT (ALT).
Untuk
melihat adanya pertumbuhan sel hati yang muda (karsinoma sel hati) digunakan
Alfa Feto Protein (AFP)
Untuk
menjelaskan adanya kontak dengan virus hepatitis B, pemeriksaan HBsAg, Anti
HBs, HBeAg, Anti HBe, Anti HBc, dan HBVDNA perlu dijalani pasien.
Untuk
melihat adanya kontak dengan virus hepatitis C, pemeriksaan anti HCV, HCV RNA,
dan genotype HCV perlu dilakukan.
Gangguan
Faal Hati
Secara
umum terdapat dua jenis/macam gangguan faal hati.
Akibat
peradangan umum atau peradangan khusus di hati. Kondisi ini menimbulkan
kerusakan jaringan/sel hati.
Akibat
tersumbatnya saluran empedu.
Macam Hasil Tes
Test
faal hati pada pasien dengan infeksi bakterial maupun virus sistemik yang bukan
virus hepatitis. Gejala klinisnya berupa demam tinggi, myalgia, nausea,
asthenia dan sebagainya. Tes ini memperlihatkan peningkatan SGOT, SGPT serta
γ-GT antara 3-5 kali nilai normal. Albumin sedikit menurun bila infeksi sudah
terjadi lama dan bilirubin dapat meningkat sedikit terutama bila infeksi cukup
berat.
Test
faal hati pada pasien dengan hepatitis virus akut maupun drug induce hepatitis.
Faal hati seperti bilirubin direct / indirect dapat meningkat biasanya kurang
dari 10 mg%, kecuali pada hepatitis kolestatik, bilirubin dapat lebih dari 10
mg%. SGOT, SGPT meningkat lebih dari 5 sampai 20 kali nilai normal. γ-GT dan
alkalifosfatase meningkat dua sampai empat kali nilai normal, kecuali pada
hepatitis kolestatik dapat lebih tinggi. Albumin/globulin biasanya masih normal
kecuali terjadi hepatitis fulminan, rasio albumin globulin dapat terbalik dan
masa protrombin dapat memanjang.
Test
faal hati untuk pasien dengan sumbatan saluran empedu. Bilirubin direct dan
indirect dapat tinggi sekali (> 20 mg%), terutama bila sumbatan sudah cukup
lama. Peningkatan SGOT dan SGPT biasanya tidak terlalu tinggi, sekitar kurang
dari 4 kali nilai normal, γ-GT dan alkalifosfatase meningkat sekali dapat lebih
dari 5 kali nilai normal. Kolesterol juga meningkat.
Test
faal hati bagi pasien dengan perlemakan hati (fatty liver). Albumin/globulin
dan bilirubin biasanya masih normal. SGOT dan SGPT meningkat 2-3 kali nilai
normal demikian juga γ-GT dan alkalifosfatase meningkat ½ - 1 kali dari normal.
Kadar triglyserida dan kolesterol juga terlihat meninggi. Kelainan ini sering
terjadi pada wanita dengan usia muda/pertengahan, gemuk, dan biasanya tidak
terdapat keluhan yang berupa perasaan tak nyaman pada perut bagian kanan atas.
Pada kasus perlemakan hati primer, semua petanda hepatitis C harus negatif.
Kelainan Faal Hati Tak Spesifik
Kelainan
faal hati tak spesifik umumnya terjadi pada penderita, yang penyakit hatinya
telah mempengaruhi fungsi dari organ lain. Seperti ginjal, paru jantung, dan
sebagainya. Dalam hal seperti ini, gambaran klinis serta pemeriksaan penunjang
seperti USG, CT Scan, dan Endoscopy Retrograde Cholangio Pancreatography (ERCP)
atau bahkan biopsi hati biasanya diperlukan untuk menegakkan diagnosisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar